7.4.12

Janji

Hobo Fella by osksta

Ketika kau berjanji
Akan mencintaiku selamanya
Waktu malah menculikmu
Menyandera berhari-hari
Berbulan-musim
Tanpa tuai kepastian


Sementara di sini,
Kesetiaan terus membatu
Percaya setulusnya pada Waktu
Yang mengumbar janji kuna
Dan menggantung segenap asa
Pada mantra: “Besok!”

6.4.12

Burungnya Telat

Good or Evil? by *gureiduson

Ratu Balqis bertolak tadi pagi
Menanggalkan kuasa dan abdi
Menyeret istana dan kursi
Menyeberangi gurun bisu-tuli
Untuk mencari sendiri
Hudhud yang tak kunjung hadir

Hudhud yang tak kunjung hadir
Terlambat mengantar kabar
Karena raja sibuk menggubah lagu
Sibuk mengejar wanita keseribu
Sibuk menghitung harta bertabur
Sibuk mengalunkan mizmar Zabur

Ketika akhirnya hudhud hadir
Membawa kabar, menguak tabir
Memimpin jin, menuang anggur
Ratu telah lebur dalam pasir
Dan pagi itu menjadi saksi
Hudhud Raja ditolak Balqis

5.4.12

Asongan

Lonely Fighter by Eckenheimer

Rupanya kau telah pergi
Mengemas haru dalam koper
Menyisipkan sore dalam saku
Meninggalkan salam di meja
Menebas keputusan di rambut

Aku menyadari kepergianmu
Lama sebelum kau pamit
Jauh sebelum sepi hadir
Menebar sedih yang meluap
Dari botol harapan kosong

Aku melihatmu ditelan zaman
Saat ia menjemput kehampaan
Yang kini berdagang rindu di jalan
Menawarkan sesal dan andai
Dengan bonus gratis hasrat basi

Rupanya kau menoreh kenangan
Dan mengerat perih di hati
Kau sisipkan itu dalam keabadian
Yang kau tahu akan sering dibelai
Penantian yang tak kunjung selesai

4.4.12

Lukisan

Autumn's tales by Teonora

Aku melukismu dalam puisi
Semua yang terjadi,
Semua yang tak jadi
Tertata rapi dalam bahasa

Aku mengenangmu
Memesona, memukau
Cerdas tak kepalang
Mencintaiku sepenuh hati

Aku mengingatmu
Menyakitkan, menakutkan
Bejat tak kepalang
Menyiksaku sepuas hati

Aku memahatmu dalam puisi
Dirimu yang kurekayasa
Dirimu yang sesungguhnya
Bias antara ngeri dan angan

3.4.12

Asia

BellaDonna by ~kensei99

Putraku, putra bangsaku,
Kembalilah ke rumah ibumu
Sambung lidah kelu adikmu
Pungut lagi tongkat sihirmu
Kembalikan hati Asia padaku

Putraku, Pangeran kecilku
Gadaikan Mesir, tiadakan Firaun
Ratakan piramida, keringkan Nil
Resapkan Harta Karun dalam pasir
Tapi pulangkan Ratu ke rumahku

Putraku, Hibah Tuhanku
Kuakui kebenaranmu, kuanut risalahmu
Kubebaskan banimu, kujunjung kitabmu
Tapi demi Kebesaran Ilahi dan Ilahmu
Nyanyikanlah pujian permaisuriku

Putraku, Pengiris hatiku
Karena menolak pulang kembali
Dewi yang tak memujaku lagi
Kini harum semerbak surgawi
Dengan belati, kuantar sendiri

2.4.12

Raksasa

hades and persephone 2

Langkah diberati gema,
Raksasa berdiri sendiri
Datang memberi nama
Segala benda miliknya

“Ini Milikku, itu Milikku,
semua adalah hak Milikku”

Setelah semua ditandai
Dengan nama dan jari
Raksasa disalib perih
Jerit kesadaran memecut

"Hanya damai hakiki,
Yang tak dapat ia miliki"

1.4.12

Bunyi

Kami menantikanmu sambil
Memantau kletak-kletik
Yang sayup terdengar
Dari balik kotak iga

Tik-tak-tik-tuk
Tik-tak-tik-tuk
Gema-gema sepi
Dipantulkan waktu

*****

Ayo,
Bekukan koleksi kita
Jadi kelereng mentereng
Bulat-bulat, semuanya bulat
Untai jadi tasbih
Sepanjang nafas
Sekusut nestapa

Tasbih kenangan
Diuntai benang rapuh
Bekas rumah laba-laba
Yang tadi digencet
Karena menertawai wirid
"tik-tak-tik-tak"

*****

Ayo,
Tebar kenangan segenggam
Di buku takdir
Tahan dalam halaman
Agar tak loncat-celat
Antara daun telinga

Oh!
Butir bulat-bulat
Malah tumbuh pesat
Merambat jadi angan
Pahit, sepat, mencekat
Seperti tangis tertahan
Seperti janin tak jadi anak

*****

Wah,
Kelereng kita besar
Asyiknya diadu
Tapi mana ada yang mau
Beradu kenang denganmu?

*****

Punguti lagi kelereng kita
Kita pintal jadi cerita
Rajut cerita jadi puisi
Puisi-puisi, kecil-kecil
Kecilnya senyamuk

Kelereng kita tak berdetak lagi
(Bukannya mati mendadak
hanya berganti wadah)
Sekarang bunyinya "ngiiing"
Denging heningnya penantian

*****

Karena tik-tak dan ngiiing
Bukan kalimat sempurna
Untuk merayumu pulang
Maka,
Kita akan tetap mengeras
Hari ini kita main kelereng
Hari ini kita tata kenangan
..sendiri-sendiri..

 

Juni 2006

Tentang Pekan Pertama #30Romadi Bersama @G30HM

“The greatest conflicts are not between two people but between one person and himself.” ~ Garth Brooks

Sebelum terbawa sinting dengan ikutan berusaha posting sepanjang bulan April bersama G30HM, ada beberapa poin tentang 7 Hari Menulis Puisi (tema pekan pertama) yang rasanya perlu diperjelas.

  • Pada dasarnya, saya tidak doyan puisi. Tidak suka membaca, apalagi menulis puisi. Jarang sekali ada penyair yang kuat menjaga perhatian saya lebih lama dari dua bait.
  • Menurut saya ada dua jenis penyair:
    • Satu: Yang kemampuan bahasanya belum cukup, sehingga hanya dapat berekspresi dalam bentuk kalimat patah-patah yang dia klaim sebagai bait.
    • Dua: Yang kemampuan bahasanya segitu hebatnya sampai-sampai bisa membulatkan planet dengan sebaris bait.
  • Ada kalanya muncul puisi yang menurut saya luar biasa dari penyair biasa yang mampu menjambret perhatian sampai bait terakhir, tapi biasanya puisi itu tentang saya. (Iya, saya narsis. Full. Makasih. Selera boleh seenak udel subyektif.)
  • Pertengahan tahun 2006 saya demam menulis puisi. Syukurnya, demam itu tidak pernah kambuh lagi (kecuali sekali itu, setelah seminggu bercengkrama dengan seorang penyair). Seingat saya, puisi-puisi itu tidak pernah dipublikasi di media manapun. Jadi, ya, dengan modal 7 puisi pilihan itu saya sok puitis dan ikutan #30Romadi.
  • Ini bukan aksi April Mop. Sumpah.

Sekian curhatan tak penting penjelasan dari saya. Selamat datang musim semi, selamat menikmati puisi.

Memilih GPS

  Photo by Thomas Smith on Unsplash Tentang memilah tanda dari semesta. Gimana caranya yakin bahwa tanda yang kita dengar itu beneran wangs...