22.1.13

Yang Tak Bakal Lunas

"Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." ~ Al-Qur'an 02:261

Pernah sekali, seorang tukang pijat pergi motokopi dokumen di sebuah pasar di Jakarta. Dokumen-dokumennya dalam bahasa Arab, jadi saat membayar ongkos fotokopi (Rp 11'000), tukang fotokopinya nanya-nanya. Ujung-ujungnya, tukang pijat terpojok membela diri: "Nggak! Aku ga ngurusin perdagangan budak ke Arab." -- Sekaligus ngaku-ngaku tukang pijat sebagai pembelaan.

Ada orang-orang yang dosa mulut dan hatinya dibayar kontan dengan badan. Sekalinya salah ucap atau buruk niat, langsung kualat. Begitu tahu profesi kliennya adalah memijat, tukang fotokopi langsung curhat. Terus minta dipijat. Karena ga mau menambahkan dosa mulutnya, tukang pijat menurut sambil diam mendengarkan omelan dalam kepalanya.

"Siapa suruh juga buka mulut. Orang macam apa yang tersinggung cuma gara-gara kertas? Tukang fotokopi tadi hanya buka obrolan; itu bagian dari pekerjaan para pedagang. Bukan pekerjaanmu untuk menjual pembelaan. Seandainya tadi hanya mengangguk sopan, tak bakal kerja bakti dadakan di tengah pasar, pas tengah hari bolong."

Ketika selesai memijat pasaran ("Terima kasih, Gusti, atas pelajaran tentang kerendahan hati,") tukang pijat memohon diri. Tukang fotokopi malah menahannya lagi. Tak disangka-sangka, ia menyodorkan selembar Rp 10'000 ke tangan tukang pijat yang gelagepan menolak.

"Ini bayaranmu,” kata tukang fotokopi. “Tolong diterima. Kami juga tak ingin berhutang."

Tukang pijat terharu. "Tak ada kebaikan yang lunas. Semoga dibalas berkali-lipat. Amin."

6.1.13

Nama & Makna

Saat ruh kudus hendak dititipkan ke karyaNya yg terakhir, para ajudan berkomentar: “Tak sayang? Diberi kebebasan setitik nanti malah ingkar sebelanga.”

Gusti Pangeran bilang, Gapapa, variasi juga indah. Lalu Gusti memberinya bahasa. Kebebasan untuk memberi nama dan makna bagi karyaNya yang lain.

Maka setiap ciptaanNya menjadi mainan bagi yang memberinya nama dan makna.

Cobaan sebatas kemampuan memberi nama, sebatas wadah badan dan pikirannya. Susah atau senang sama-sama cobaan. Sama-sama sementara. Sekedar nama dan makna.

Wadah kita sempit-luas sebatas rasa syukur. Gusti Pangeran bilang, Makin bersyukur, makin ditambahin. (Ditambahin ama cobaan yang enak-enak atau yang susah-susah, Gusti ga bilang.)

Makin bersyukur, makin banter dicoba. Mungkin makin susah, mungkin juga makin enak. Tapi kalau ga bersyukur, ya kualat. Wadahnya jadi bantat. Sampai tamat.

Tapi ada yang bersyukur wadahnya meluas. Melampaui batas bahasa, tak bernama dan bias makna. Semua tak mengapa. Jalur ekspress menuju infinitum, alam bebas wadah.

Dimana asal segalanya berada, dimana semuanya akan berpulang. Singgasana Sang Pencipta.

Memilih GPS

  Photo by Thomas Smith on Unsplash Tentang memilah tanda dari semesta. Gimana caranya yakin bahwa tanda yang kita dengar itu beneran wangs...