13.4.25

Penentrem Hati

Malam Jumat kemarin, saat sholat Isha, aku berdoa. Konten doanya bukan mau memilih antara A atau B. Juga bukan meminta sesuatu dariNya. Kontennya berupa pertanyaan, "Tapi kenapa, Gusti?"

Langsung dijawabnya saat itu juga dong.

Apa yang aku rasakan/dengar, jawabanNya logis dan runut. Jawabannya sedikit nyesek, banyak bikin rendah hati (humbling), bikin ciut ego, tapi juga sangat-sangat menghibur. 

Segitu panjang lebar dan terperinci jawaban yang aku terima sampai hampir lupa rakaat berikutnya. 

Tapi akunya masih, "Masa sih, Gusti?"

Bagus aku ga disambar gledek saat itu juga. 

(Cuma ga bisa tidur aja semalaman itu, memikirkan wangsit yang aku terima.)

***

Konteksnya seluruh percakapan ini bukan mendebat. Konteksnya terasa mirip ceritanya Kanjeng Nabi Ibrahim AlaihisSalam, saat beliau bertanya kepadah Allah, "Gimana sih ngidupin yang udah mati?"

Dan Allah bilang, "Belum berimankah kamu?"

"Iman, ya Allah. ولكن ليطئن قلبي, tapi biar hati hamba tentrem."

Lalu Gusti Allah menyuruhnya melakukan ritual tidak logis apalagi runut, tapi bagi Gusti Allah segampang mengatur semesta. (Al-Baqarah, Ayat 260)

***

Jadi waktu aku berdoa, "Tapi kenapa, Gusti?", bukan karena saat itu aku sangsi. Bukan karena aku kekurangan bukti bahwa hikmah ilahiah akan dan telah selalu menjaga kesejahteraanku dari alif sampai khatam, dari hayat sampai akhirat. 

Karena manusiawi kadang butuh pengertian.

Dan jawaban yang aku terima segitu mendetail, logis dan runut sekaligus mencakup segala sisi sosial, ekonomi, psikologi pribadi maupun situasi, sampai saking aku terpesona aku bilang, "Masa sih, Gusti?"

Dan karenaNya adalah Sang Maha Tahu, Gusti Allah tahu bahwa "Masa sih, Gusti?" dariku saat itu bukan karena aku ga terima, bukan karena aku ngeyel. Lagi-lagi karena butuh penentrem hati. 

***

Waktu aku bilang, "Masa sih?" pas malam Jumat, pagelaran penentrem hati hadir sepanjang pagi dan siang hari Jumat. Dari sarapan sampai Ashar. 

Saking luasnya skala cakupan penentrem hati, bahkan hatinya orang lain yang mungkin bersangkutan dengan topik yang aku pertanyakan, seperti dijembreng di pangkuanku. Seakan Tuhan bilang, "Nih lihat."

Penentrem hati dari Yang Maha Kuasa, Maha Tahu Segala Rahasia Sepanjang Masa, ga pernah sedikit, ga pernah sekedip. Anugerah dari Allah ga tanggung-tanggung. Yang namanya anugerah selalu seabreg-abreg sampai ga bisa napas saking megah. Saking megah, jangankan tentrem, bahkan semua indera dari sedalam-dalamnya kesadaran cuma bisa bilang,

"سبحانك Terpujilah". 

Sabtu pagi, saat aku mencatat cerita ini dalam buku harian, aku dengar dalam kepalaku ayat 243 dari Surah Al-Baqarah,

إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ  

Tuhan maha pemberi segala bagi semua orang, tapi kebanyakan orang tidak bersyukur.

Kali ini aku beneran ga nanya lagi. Nggih, Gusti. Puji syukur. Terima kasih. Alhamdulillah. Beribu kali.

Rekomendasi dan Ringkasan

  • Kita bisa banget ngobrol ama Tuhan. Ngobrol ama Tuhan lebih kenceng daripada DM, dan kalau siap, bisa dibeberin dalam bentuk presentasi aktual, depan mata kepala sendiri. Seakan semesta ditata ulang untuk memenuhi jawaban dari satu pertanyaanmu itu.
  • Sebelum ada yang bilang, "Emang siapa gue sampai segitunya Gusti Allah mau repot ngejawab pertanyaanku?" - Eit. Kamu kesayanganNya. Kamu diciptakan dengan segenap cintaNya, dan setiap hari kamu dalam perlindunganNya. Buktinya bisa baca tulisan ini. Punya akses internet, waktu yang cukup, literasi membaca. Apanya yang ga disayang sama Sang Maha Penyayang?
  • Dalam beberapa mazhab, ,apa yang disebut ngobrol ama Tuhan juga disebut berdoa. Dan Tuhan bakal selalu menjawab doa. Ini janji pribadi maha solid antara abdi dan Tuhannya.
  • Semua pengetahuan yang kita terima, tujuannya cuma satu. Dan kalau tujuannya bukan karenanya, ya kurangilah.
  • Tuhan pengen dikenal. Apapun yang kita pelajari, idealnya bertujuan agar kita mengenalNya. Apapun spesialisasinya, kalau niatnya agar lebih mengenal Tuhan, ya bakal berakhir baik. Amin. 
  • Pengetahuan yang baik rasanya kayak terima wangsit. Ego kita ditegur sampai keok, tapi hatinya juga dilapangkan, sekaligus badannya dikuatkan agar lebih ikhlas dan kokoh menjalankan perintah.
  • Ada bedanya antara ngeyel ama beneran bertanya. Lepas dari prosedur ritualis, seberapa besar kendablegan kita saat bertanyalah yang paling jelas membedakan.


Penentrem Hati

Malam Jumat kemarin, saat sholat Isha, aku berdoa. Konten doanya bukan mau memilih antara A atau B. Juga bukan meminta sesuatu dariNya. Kont...