19.10.12

Manifestasi

"Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan." ~ Roma 12:21

Tadi pagi Wawung cerita tentang ibu tiri yang membesarkannya.

Ibu kandung Wawung meninggal saat Wawung masih anak-anak. Ayahnya menikah lagi dengan, yang dibahasakan Wawung, Ibunya Ila. Ceritanya Wawung tentang malam meninggalnya Ibunya Ila membuatku terharu.

"Nangis ga, Wan?"
"Nggak."

Aku ketawa. Gimana mau nangis, wong saat memangku jasad Ibunya Ila, Ibunya Ila juga di situ memandanginya.

Pada dasarnya, semua orang bisa melihat setan dan arwah. Semua orang punya perangkat teknologi sel saraf yang mampu menembus alam sebelah. Teknologi saraf ini mungkin berbeda manifestasi. Ada yang manifestasinya dalam bentuk telepati, mimpi tanda, firasat, lihat setan.

Kalau alam ini saja dapat dirasakan, dimengerti dan dijelajahi dengan segala persyaratannya, apalagi alam sebelah yang telah ada sejak sebelum lahir? Segampang memejamkan mata.

Seperti semua ilmu dan keahlian, yang membuatnya tetap tajam adalah dengan tetap mengasahnya, mengamalkannya. Umumnya, karena didera pendidikan formal dan kebutuhan terhadap logika, indera ini lama terbengkalai. Jadi aus. Lalu terlupakan.

Sampai suatu saat kepepet (dan semua orang pasti bakal, suatu saat, kepepet sesak) menghadapi yang kasat mata, lalu meracau ke area luar-logika, area yang telah asing, area yang dulu ditingalkan karena sepi gengsi dan terbelakang, untuk dihiburi apa saja yang terasa menyenangkan.

Yang tak biasa selalu terpental, ‘kan?

Mungkin yang sial adalah orang yang tak kuat menghadapi manifestasi inderanya, lalu didera diagnosa kering dan aji-aji penumpul indera. Atau berlanjut dalam bentuk perilaku onar. Tapi yang beruntung juga bukan orang yang kuat dari sananya untuk menghadapi manifestasi indera, apalagi yang manifestasi inderanya terbuka dari semua jendela dan pintunya.

Yang beruntung yang diberi waktu untuk terbiasa secara perlahan dengan semua yang dimanifestasikan indera, baik yang halus maupun yang kasat mata. Lalu yang terbiasa bersyukur atas cinta semesta kepadanya, sampai-sampai sadar saat dikirimi guru pada setiap jendela dan pintu yang terbuka.

Beruntunglah dia yang menyadari kehadiran itu, dalam bentuk nasihat terselubung pada setiap pertemuan, baik dengan teman, kitab ataupun deduksi twiterriyyah. Beruntunglah dia yang menyadari adanya kehadiran yang membantunya memaknai, memasrahi dan mengamalkan apa yang telah tertera menjadi bagiannya dalam Kitab Takdir.

Sedikit demi sedikit. Sebatas syukur mengiringi kemampuan .

16.10.12

Metode Menjadi Kaya Dengan Menyupang

"Kekayaan pada umumnya mudah dicuri, kekayaan yang sesungguhnya tidak bisa. Dalam jiwa Anda terdapat sesuatu yang nilainya tiada tara yang tidak bisa diambil oleh siapa pun dari diri Anda." ~ Oscar Wilde

Okotber bulan Kesadaran Kanker Payudara.

Jadi, tadi pagi membahas operasi pengecilan dan pengencangan payudara dengan Wawung.

Kalau membicarakan payudara, Wawung selalu ujung-ujungnya cerita tentang Nyi Safad (bukan nama aslinya.)

Nyi Safad tinggalnya di pohon kunyit. Tinggi dan panjang. Saking panjang, tangannya menggapai sampai tanah. Payudara kanannya diselempangin ke bahu kiri. Payudara kirinya diselempangin di bahu kanan.

Suatu kali Wawung iseng memanggil Nyi Safad. Dipanggilnya pakai sajen kesenangan bangsanya: Candu. Nyi Safad, saking kesenangan dapat candu, tidak memerhatikan ada Wawung sedang mengendap-endap di belakangnya, memegang rokok tersulut. Isengnya Wawung sedang kambuh, rokok menyala itu disundut ke puting yang menggantung di punggung Nyi Safad.

Bagian ini, Wawung selalu lucu: Menggeliat-geliat dengan efek suara, "Eooow!" Nyi Safad terus menceburkan diri ke sungai terdekat.

Di antropologi bangsa jin, Nyi Safad termasuk Kasta Demit. Kasta penjaga rumah atau harta terpendam. Pergaulan antara manusia dengan Jin yang paling sering terjadi dengan kasta ini. Pohon Kunyit yang didiami Nyi Safad, misalnya, menyimpan emas.

Kalau manusianya cukup pintar dan kuat, Demit bisa diajak transaksi dagang. Setelah mereka hadir, tawarkan barter. Demit boleh dapat dagangan kita asal beli dengan uang atau harta. Beda sajen, beda demit. Misalnya pasang candu, yang datang Nyi Safad atau tuyul. Misalnya pasang hati gagak, yang datang kuntilanak atau genduruwo.

Siapa saja dengan metode di atas boleh transaksi dengannya. Saat memohonnya dari Allah, dari manapun rejeki itu datang, masih wajar, kan?

Yang tak wajar nafsunya manusia.

Setiap kali kita dengar cerita tentang orang menyupang, selalu ada "Precautionary note" pada akhir cerita itu. Ya anaknya mati, atau orang itu kesurupan, atau musibah sebesar-besarnya menghampiri. Kita sering dengar tentang orang-orang yang susah atau mati tak wajar setelah transaksi dengan bangsa itu.

Tapi bukan salah bangsa itu.

Bayangkan sinting yang pecah karena memegang bara sebelum bersarung dinginnya sengsara. Adakah kata "Cukup" melintas di bibir orang kalau soal harta? Segalak-galaknya setan, mereka tetap lebih rendah dari manusia. Yang salah, setiap kali, adalah manusia. Yang tak pernah puas. Yang terus-menerus kehabisan hartanya sebanyak apapun yang dipegang. Sampai gila. Gila harta.

Baru ingat. Oktober bulannya Samhain. Bulan dimana perbatasan antara alam menipis. Bulan panen. Selamat Halloween. Semoga kita ketiban harta terbaik, kesabaran sebesar Bumi yang tak pernah bosan berkeliling.

Memilih GPS

  Photo by Thomas Smith on Unsplash Tentang memilah tanda dari semesta. Gimana caranya yakin bahwa tanda yang kita dengar itu beneran wangs...