26.11.10

22.11.10

Silence Within

Did you know that people who don't hear the silence within talk the most? It's almost as if that silence filters between response & stimuli.

I just met a new friend at random. And he's a reporter and is supposed to be educated.."out-there" at least. And the guy has no silence within.

He has no understanding of the way the world silently and decisively works. He keeps responding, responding, responding.

And I look at the Timekeeper, and see his deep silence..and I wonder, is that what understanding does to people? It shuts them up?

Because if the Silence is where God's voice can be heard, then hearing His voice trumps all doubt and restlessness and anger?

...Dude...awesome shit, huh?


<B>PS.</b> This was another mobile-blogging testpost. Sent by email.
<B>PPS.</b> Was my one-way conversation with him.

21.11.10

satu maupun lainnya

Aku nulis ini di mobil. Lagi di jalan ke Jakarta. Berdua aja ama Udi, supir/ajudan dr jaman kita masih anak2.

Rencananya mau main. Ketemu teman yg datang dari Jeddah. Tiga hari. Dikasih mobil. Duit sekarung. Terus didoakan selamat sampai pulang.

Aku melamun. Gila, enak bener. Kerja ga punya. Keluar rumah sebulan sekali. Gaji udah lama ga megang. Tapi sekalinya ngeluyur, nongkrongnya di Jakarta Selatan. Mainannya haitek.

Udi: "Puas kan, mbak?"

Iya. Puas lahir batin. Tapi kalau dibandingkan...Katakanlah dibandingkan dengan teman-teman sebaya. Aku tekor banget: Ga bisa ngasih status pekerjaan tanpa dibilang bohong. Minimal ditertawakan. Tidak bisa nampang. Saat dijejerin sama kongkowanku, paling cepet dilewatin sales. Hahaha..

Udi mbletakin kepalaku. "Mbak, saya makan aja susah!"

Iya. Iya. Aku paham. Makanya ini juga aku lagi mikir. Seandainya aku punya karir di Jakarta, mungkin ga bisa bawa duit sekarung pas Sharifa & suaminya ke Jakarta. Atau enak aja nemenin Rifu pas dia ke Bali. Atau hadirin kawinannya Ade di Jeddah.

Seandainya aku jadi ibu rumah tangga juga mungkin pertimbangannya udah lain lagi. Seandainya jadi penulis pro, yang dibaca ribuan orang (daripada selusin) mungkin ga bisa nulis ringan gini. Paham maksudku?

Udi: "Yah, siapa tahu, mbak. Tahun ini gini, tahun depan kan lain lagi."

Iya, juga sih. Tapi kalaupun tahun depan berubah, nanti akan ketemu lagi enaknya, ketemu lagi nggak enaknya juga kan? Mau hidup yang gaya apa aja juga begitu, kan? Ada enaknya, ada ngga enaknya juga.

"Semoga semua yang mbak pengenin datang semua suatu hari nanti."

Amin. Tapi yg lebih penting lagi, apapun yg dikasih nantinya, semoga rasa syukur ini ga berkurang. Karena kita tidak tahu, mungkin apa yg kita pengenin bukan yg terbaik untuk...'Di, minggir bentar deh.

"Kenapa, sambungan BBnya kacau? Posting nanti sajalah, mbak. Kita lagi di tol. Gelap tauk!"

Bukan. Aku mabuk darat nulis sambil jalan...cepat...mingg..

*bunyipenuliskampunganmuntahdimobil*

10.11.10

Job Hazard

Dude just met a girl. They went home together and a while after start to make love.

When the dude enters her, he pumps for exactly 30 seconds. Then suddenly, he pulls completely out, rolls off, and lay beside her for 20 seconds.

Then he rolls back on.

He enters his woman. Starts making love for exactly 30 seconds, withdraws, rolls off, and takes his 20 second break.

After a few repeats, his woman started getting frustrated. "What the hell is the matter with you?"

He said, "Work reflex. My body does this all day at work."

And what is it that you do?

"Ngemis di lampu merah."

__________________________________________
Footnote:
1. Pengemis lampu merah boso enggrese opo?
2. Karya asli.
3. Ini adalah posting pertama dari Blackberry.

Memilih GPS

  Photo by Thomas Smith on Unsplash Tentang memilah tanda dari semesta. Gimana caranya yakin bahwa tanda yang kita dengar itu beneran wangs...