Aku nulis ini di mobil. Lagi di jalan ke Jakarta. Berdua aja ama Udi, supir/ajudan dr jaman kita masih anak2.
Rencananya mau main. Ketemu teman yg datang dari Jeddah. Tiga hari. Dikasih mobil. Duit sekarung. Terus didoakan selamat sampai pulang.
Aku melamun. Gila, enak bener. Kerja ga punya. Keluar rumah sebulan sekali. Gaji udah lama ga megang. Tapi sekalinya ngeluyur, nongkrongnya di Jakarta Selatan. Mainannya haitek.
Udi: "Puas kan, mbak?"
Iya. Puas lahir batin. Tapi kalau dibandingkan...Katakanlah dibandingkan dengan teman-teman sebaya. Aku tekor banget: Ga bisa ngasih status pekerjaan tanpa dibilang bohong. Minimal ditertawakan. Tidak bisa nampang. Saat dijejerin sama kongkowanku, paling cepet dilewatin sales. Hahaha..
Udi mbletakin kepalaku. "Mbak, saya makan aja susah!"
Iya. Iya. Aku paham. Makanya ini juga aku lagi mikir. Seandainya aku punya karir di Jakarta, mungkin ga bisa bawa duit sekarung pas Sharifa & suaminya ke Jakarta. Atau enak aja nemenin Rifu pas dia ke Bali. Atau hadirin kawinannya Ade di Jeddah.
Seandainya aku jadi ibu rumah tangga juga mungkin pertimbangannya udah lain lagi. Seandainya jadi penulis pro, yang dibaca ribuan orang (daripada selusin) mungkin ga bisa nulis ringan gini. Paham maksudku?
Udi: "Yah, siapa tahu, mbak. Tahun ini gini, tahun depan kan lain lagi."
Iya, juga sih. Tapi kalaupun tahun depan berubah, nanti akan ketemu lagi enaknya, ketemu lagi nggak enaknya juga kan? Mau hidup yang gaya apa aja juga begitu, kan? Ada enaknya, ada ngga enaknya juga.
"Semoga semua yang mbak pengenin datang semua suatu hari nanti."
Amin. Tapi yg lebih penting lagi, apapun yg dikasih nantinya, semoga rasa syukur ini ga berkurang. Karena kita tidak tahu, mungkin apa yg kita pengenin bukan yg terbaik untuk...'Di, minggir bentar deh.
"Kenapa, sambungan BBnya kacau? Posting nanti sajalah, mbak. Kita lagi di tol. Gelap tauk!"
Bukan. Aku mabuk darat nulis sambil jalan...cepat...mingg..
*bunyipenuliskampunganmuntahdimobil*
Angsar (Jawa): Daya kesaktian sebuah benda. Bisa baik, bisa buruk. Tergantung yang memegang.
Memilih GPS
Photo by Thomas Smith on Unsplash Tentang memilah tanda dari semesta. Gimana caranya yakin bahwa tanda yang kita dengar itu beneran wangs...
-
Tadi pagi Wawung cerita tentang ibu tiri yang membesarkannya. Ibu kandung Wawung meninggal saat Wawung masih anak-anak. Ayahnya menikah la...
-
Setiap petang, hutan terasa sayu. Semua binatang berkumpul di tanah lapang, bersila dan memejam. Ada kerbau, kambing dan jalak. Ada ayam, b...
-
Tadi siang kami makan di warung sate. Mestinya kemarin acara ini diadakan, seandainya tak terjadi halangan. Halangan awan tebal...