Saat ruh kudus hendak dititipkan ke karyaNya yg terakhir, para ajudan berkomentar: “Tak sayang? Diberi kebebasan setitik nanti malah ingkar sebelanga.”
Gusti Pangeran bilang, Gapapa, variasi juga indah. Lalu Gusti memberinya bahasa. Kebebasan untuk memberi nama dan makna bagi karyaNya yang lain.
Maka setiap ciptaanNya menjadi mainan bagi yang memberinya nama dan makna.
Cobaan sebatas kemampuan memberi nama, sebatas wadah badan dan pikirannya. Susah atau senang sama-sama cobaan. Sama-sama sementara. Sekedar nama dan makna.
Wadah kita sempit-luas sebatas rasa syukur. Gusti Pangeran bilang, Makin bersyukur, makin ditambahin. (Ditambahin ama cobaan yang enak-enak atau yang susah-susah, Gusti ga bilang.)
Makin bersyukur, makin banter dicoba. Mungkin makin susah, mungkin juga makin enak. Tapi kalau ga bersyukur, ya kualat. Wadahnya jadi bantat. Sampai tamat.
Tapi ada yang bersyukur wadahnya meluas. Melampaui batas bahasa, tak bernama dan bias makna. Semua tak mengapa. Jalur ekspress menuju infinitum, alam bebas wadah.
Dimana asal segalanya berada, dimana semuanya akan berpulang. Singgasana Sang Pencipta.