26.11.09

Sebanding

Aku semalam mengobrol sama Yang Punya Langit. Atau mungkin lebih cocok disebut misuh-misuh & merepet?

Aku bilang,

"Denger ya, 'Han, beberapa hari yang lalu ada anak laki-laki ganteng, tinggi, baik hati dan penuh kerja keras yang menawarkan dirinya untuk aku telanjangi, jilati dan sebadani sampai kita berdua keluar dari hidung, mati gaya & berkilap nikmat.”

Yang Punya Langit diam saja, menanti lanjutan ceritaku.

“Tahu tidak, bahwa aku - hambamu yang penuh konflik ini - MENOLAK.”

Langit menggelegar sesaat, tawaNya merobek seantero jagat.

Akupun mengeraskan suaraku, berusaha mengalahi gema gemuruh bertalu-talu.

“Aku menolaknya, ‘Han! Demi apaan coba Aku menolaknya? Demi ranjangMu yang bergetar reot saban ada anak manusia yang remnya cacat. Demi gerah resah karena tak jadi memekosanya? Demi DIRIMU YANG KAGAK KELIATAN & CUMA NGAKAK DARI SANA!!! ”

Saat tawaNya reda, aku bilang lagi.

"I hope it was worth it! Moga-moga SEBANDING penolakanku dengan dengan penyesalan karena ngelewati kesempatan untuk menyebadani lelaki itu. Moga-moga SEBANDING dengan wanita yang nanti dia jadikan istri. Moga-moga sebanding dengan sempit dan sepinya kuburanku nanti. Dengar tidak, 'Han? Yo wis. Have a nice day. Amin. Udah, cukup ketawanya, 'Han!”

Memilih GPS

  Photo by Thomas Smith on Unsplash Tentang memilah tanda dari semesta. Gimana caranya yakin bahwa tanda yang kita dengar itu beneran wangs...