Photo by Paweł Czerwiński on Unsplash |
Ini nyarinya lama. Tapi kayaknya emang harus diterima aja kenyataan ini. Bahwa tema hidup gue aneh. Seaneh gaya hidup gw selama ini: Jangan maksa. Don't fear. Stay soft. In perfect love and perfect trust.
Targetnya apa? Staying soft.
Tapi terus emangnya ngaruh? Emang being soft bisa nyelesain masalah? Bisa bikin kaya?
Yang pasti, being soft stops harm. Prinsipnya Ahimsa: Do no harm.
Staying soft, menjalani ahimsa ga bertentangan ama sense of justice. Ahimsa ga mengurangi tanggung jawab sosial untuk stand up for injustice, untuk gotong royong, untuk mengeraskan boundaries.
Ahimsa menekankan untuk tidak cari perkara. Kalau ada kesalahan, perbaiki, tapi juga jangan sampai lalim dengan perfeksionisme.
Ini contohnya banyak banget.
- Misalnya diam saat perdebatan udah ga ada tujuannya.
- Misalnya hadir sepenuh indera saat makan
- Hadir mendengarkan dengan empati.
- Memberi validasi yang tulus.
- Misalnya mengulang kembali perkataan lawan bicara, "Tadi kamu bilang kamu merasa..."
Terus?
Katakanlah kita bisa tetap soft, mau ga mau elo udah jago. Mau ga mau elo bakal numbuhin keahlian di beberapa bidang.
Karena sikap soft itu bikin kita sinkron ama semesta. Kalau sinkron ama semesta, in tune, jadi bisa ngalir lebih lancar.
Bisa ngalir lebih lancar artinya bebas beban.
Bebas beban itu enak, gampang ikhlas, selalu produktif, dan tentunya jarang stres, karena pasrah & lega.
Enaknya lagi pasrah ama semesta jadi cepet nalar, cepet paham petunjuk.
Paham wangsit: True North. Whatever route you'll take, you'll reach home. Inshallah without harming anyone along the way.