9.12.11

5 Catatan Belajar Setelah Latihan Mendongeng Selama Seminggu Bersama @G30HM

  1. Inspirasi. Semua dongeng lahirnya dari kisah nyata, pernah terjadi "once upon a time", atau saban hari di mana-mana.
    • Hari Selasa bisa dipreteli jadi bahan sinteron semusim, setiap interaksi jadi episode yang intim.
    • Jarak antara kenyataan dengan hasil karya yang akhirnya dipublikasi: COPY-fermentasi-PASTE.
    • Seorang wartawati Saudi, pernah bilang: Semua orang menjalani adikarya hidupnya. Jika kita gagal memahaminya ya karena kita yang goblok, bukan karena perjalanan hidupnya kurang gempita.
    • Semua penulis adalah pembohong - bahkan auditor dan ilmuwan - karena semua tulisan adalah subjektif.
    • Triknya di keseimbangan antara bohong dan laporan. Jika terlalu mengarang-ngarang, cerita malah jadi renta, belum koda keburu koma. Jika terlalu garing ya kasian yang baca.
    • Kata Hemingway, bedanya dongeng dengan laporan ya pada kesabaran dan niatan.
  2. Aksi. Semakin sedikit kata sifat, semakin banyak kata kerja, semakin matang dan nyata sebuah karya cerita. - Annie Dillard.
    • Aku bisa bilang: "Ia merasa sedih lalu menangis pilu sendirian hingga rambutnya yang panjang menjadi berantakan lalu helainya dibasahi airmata." 
    • (Dengan resiko pembaca & penulis muntah bersama.)
    • Atau, nekat pitak kata sifat lalu bertemu dengan salah satu kalimat singkat yang (bagiku, sang penulis gagap) paling berkesan mantap selang belajar menulis babad selama sepekan: "Membenahi rambutnya, helainya berjatuhan."
    • (PS. Cegukan irama itu sebenarnya menyebalkan lho, tuan.)
  3. Catatan Pribadi. Aku menyukai bahasa rambut; dalam sentuhan atau kiasan, juga sebagai barometer kecentilan.
    • Setiap helai menyimpan catatan sejarah kuliner dan emosional & budaya pemiliknya.
      • Wanita Minang menggerai rambut saat kabung.
      • Wanita Jepang memotong rambut untuk menghapus masa lalu kelam.
      • Wanita botak dan berkerudung sama: bukan dengan kecentilannya ia menjangkau surga.
      • Menceritakan rahasia ini artinya aku tidak dapat menggunakannya lagi. Kampret.
  4. Kondisi. Kesengsaraan itu anugerah, Bung. Sumpah. Makin sengsara, makin bagus bahan buat cerita. Merujuk Hemingway lagi, waktu ditanya latihan apa yang paling mempan menempa penulis, katanya: "Masa kecil tidak bahagia."
  5. Kuli. Pada akhirnya, menulis itu sama saja seperti memacul atau menyapu stadion. Pada akhirnya, menulis adalah baku hantam dengan kekosongan. Mendera persendian dan pikiran. Merayu alat ketik (yang tak peduli bahwa #H5 nyaris rebah, padahal 1532 kata dalam layar semuanya sampah dan babu bahasa ini sudah lelah,) untuk membisikkan sepenggal wahyu tersamar.

Saban hari.

Memilih GPS

  Photo by Thomas Smith on Unsplash Tentang memilah tanda dari semesta. Gimana caranya yakin bahwa tanda yang kita dengar itu beneran wangs...