Kata Ben, semua cerita-ceritaku bermuara di sebaris kalimat.
Kata Ben, sebaris kata itu sudah ada sejak kali pertama aku (kembali telaten) mencatati wahyu.
Mungkin karena kalimat sebaris itu wahyu pertama. Seperti “Let there be light.” Atau, “إقرأ.” Atau, “Saya terima nikahnya.”
Atau karena kalimat itu lahir saat halaman maupun penulisnya sedang kosong sekosong-kosongnya, sampai gemanya lancar mencapai ribuan kalimat berikutnya. Lalu membingkai semuanya dalam angguk mafhum terselubung.
Karena, bagi pencatatnya, kalimat sebaris itu adalah cahaya asal sejak mati terakhir, dan suara pertama setelah lama hening, dan awal kepasrahan setelah lama melawan.
“Yang dikasih diterima. Yang tidak jangan diminta.”
PS: Mungking blog sampingan ini perlu ganti nama: www.kata.ben.com -- *muntah* -- Okay, sorry, ga jadi.