Marah adalah satu dari ketujuh Dosa Mematikan di agama Kristen. Salah satu sumber kesengsaraan di agama Buddha. Dan di agama Islam, Kanjeng Nabi pernah ngewanti-wanti orang, "Apapun yang terjadi, jangan marah, jangan marah, jangan marah."
Serius nih, apa salahnya orang marah?
Marah = Nafsu
Kanjeng Nabi ga ngebahas lebih jauh, ga ngebilangin jenis-jenis marahnya orang. Mungkin karena semua orang kalau marah sama: rentan nafsu. Orang kalau marah, nafsu ngomongnya, nafsu makan, minum, memukul, nafsu menyebadani pacarnya jadi lebih kenceng, atau nafsu beres-beres rumah.
(Anger burns all clean. - Maya Angelou)
Marah = Ga enak
Yang pasti, semua orang akan berusaha menetralisir marah. Karena marah adalah rasa yang nggak enak. Bikin cepat tua karena merengut. Bikin hangus, karena marah adalah energi panas.
Dan yang bikin kanjeng nabi ngewanti-wanti kita tentang kemarahan karena kita jadi lebih rentan & lemah saat marah. Saking terkikis kemuliaan kita sebagai manusia saat tergoda nafsu untuk menghilangkan rasa marah yang ga enak itu.
Pernah liat orang marah? Ada yang menetralisir sakit hati dengan memaki, teriak-teriak, olahraga, kerja lebih giat, atau diam seribusatu bahasa.
Marah = Telanjang
Aslinya orang ketahuan kalau lagi marah. Kita bisa tahu kualitasnya orang, baik buruk hatinya saat dia marah.
Karena kemarahan adalah penelanjangan hati kita. Yang hatinya bersih, marahnya dengan sayang: kritik konstruktif, menjaga mulut, merubah sikap tanpa merusak. Yang hatinya belum beres. yah, yang ini sih udah banyak contohnya: bocor dengan gosip, rebutan harta, teriak-teriak ego: ini milikku, itu hakku, ini aku-aku-aku.
Marahlah Dengan Baik
Apapun metodenya, barometer sehat-tidaknya cara orang menangani nafsu marahnya adalah "seberapa jauh nafsu itu menguasainya akal sehatnya". Yang melepas marahnya dengan olahraga masih lebih mulia daripada yang marahnya bikin geger sekampung. Yang melepas marahnya dengan ngadu ama Raja Semesta, masih lebih mulia daripada yang menenggelamkan dirinya dalam debat atau bakuhantam.
Apa Harus Marah?
Enaknya sih ga marah. Tapi orang yang tidak marah sampai ke hati adalah orang-orang yang hatinya udah ga ada hubungannya lagi ama keduaniwian. Orang yang tidak bisa marah udah ga butuh dunia untuk makan dan hidup. Cukup menghirup sari dupa dan meditasi aja seperti demit. Hohoho.
Sementara umumnya manusia masih memacul di ladangnya masing-masing, masih berusaha melindungi sumber penghidupannya. Kalau ga dilindungi, gimana dia bisa hidup, kan?
Tapi ya itu dia tadi, cara kita melindungi ladang kita (dengan marah atau tidak, kalaupun dengan marah; marah yang semerusak apa), yang membedakan kemuliaan satu petani dengan lainnya.
Mandilah biar ga marah
Mungkin karena itu semua jalan spiritual mulainya dengan mandi dan membersihkan badan.
Logikanya mungkin begini:
Mandi = dingin = hati yang panas jadi adem.
Jadi kalau ada yang sering marah, mungkin karena dia jarang mandi. Hohoho.
Serius nih, menjaga kebersihan, selain sehat juga ngerem nafsu marah kita. Biar kalau marah, nafsu kita tidak bikin rusak antar-hubungan kita dengan diri maupun penghuni semesta lainnya. Biar kalau sampai khilaf/salah karena marah, masih ada celah untuk maaf dan perbaikan.
Karena yang sial sesial-sialnya bukan orang yang tidak pernah salah/marah, tapi mereka yang tidak belajar dari kesalahan/kemarahannya.
Atau mereka yang jarang mandi. Hohoho.