Bahwa setiap dongeng sudah ada pendengarnya, setiap tulisan sudah ada pembacanya.
Andhika tinggal di Dubai. Waktu pulang ke Jakarta, pas kebetulan aku sedang di sana. Dia mampir ke rumah, membawa oleh-oleh sebuah cerita.
Karena perinya lagi mangkel, cerita itu aku cantumkan dalam blog seadanya.
Tadi pagi aku lihat ini:Masing-masing dari tweep di atas diikuti oleh beberapa RIBU follower. Aku tidak tahu berapa orang yang akhirnya membaca cuplikan dialog itu. Data yang kumiliki hanya mencantumkan pembaca yang masuk ke blog:
…tidak termasuk yang membaca twitpic dari retweeter yang followernya ada beberapa ribu orang tadi.
Tapi ini semua masih belum apa-apa.
Tadi pagi aku mengulang lagi ceritanya Andhika ke Wawung. Wawung ketawa. Ceritanya dicatat.
Untuk didongengi lagi ke rakyat Jatibarang saat mengaji nanti. Rakyat yang masih taat pada kyai itu nantinya akan membawa gema cerita itu dalam hatinya ke rumahnya, ke keluarganya, ke sawahnya. Untuk lebih mendekatkan Tuhannya, dan membantu menjaga kebaikan generasi berikutnya.
Untuk menambah lagi pahala pendongengnya yang pertama, Andhika R. Basha.
Amin.